Beberapa orang berusaha menghindari tanda-tanda penuaan. Seperti mengecat rambut, menggunakan kosmetik untuk mengurangi kerutan wajah dan macam2. Alasannya macam2. Dari sekedar menjaga penampilan hingga alasan pengen selalu terlihat muda.
Gw masih inget ketika masih SD. Gw tergolong kecil ukurannya. Tinggi badan teman2 gw tinggi besar. Ada satu orang yang tinggi badannya hampir sama ama guru. Menjelang gw lulus SD, baru gw ngerti ternyata banyak temen2 gw telat masuk sekolah bahkan ada yang tinggal kelas 2 ato 3 kali. Wah, ternyata gw termasuk muda untuk ukuran SD itu. Waktu itu bangga juga sih, berhasil lulus dengan sukses dibandingkan orang2 yang lebih tua. :p
SMP dan SMA, seinget gw banyak yang sepantaran. Mungkin selisih bulan aja sih.
Tahun pertama kuliah, gw ngerasa janggal. Pada waktu masa Ospek, ada seorang senior yang menuliskan tanggal lahirnya 12 bulan lebih muda dari gw! Beberapa menuliskan beda beberapa bulan lebih muda dari gw. Seorang teman seangkatan yang mengulang UMPTN, bahkan selisih 1 bulan lebih muda dr gw. Gw curios dan bertanya pada mereka. “Ya, kami masuk SD pas berusia 6 tahun”. Ketika gw bertanya pada ortu, jawabannya adalah “Waktu itu masuk SD harus 7 tahun. Lagian pas waktu kamu masuk TK kan 5 tahun”. Sempat mengulang UMPTN sekali, menjadikan gw ‘orang yang dituakan’ di angkatan gw. Julukan ‘mbah’ pun tersandang dalam sapaan. Sempat ilfil juga dengan julukan itu, walaupun akhirnya menerima dengan pasrah. Gw sih ngerasa ga ada bedanya dengan mereka secara beda usia maksimal 2 tahun. Ya… masih sepantaran dengan mereka lah sehingga secara psikologis kami berada di tahap yang sama. Nakal2nya ya gitu2 juga. Lagian karena ngumpul dengan orang yang ‘ngerasa’ lebih muda, gw juga ngerasa muda. Hehehe… akhirnya lulus juga bareng anak2 muda. 😀
Setelah bekerja, kembali saya jadi tambah muda. Di lingkungan itu, saya jadi junior lagi. Atasan saya, supervisor, bahkan foreman di lapangan usianya beda hampir 10 tahun. Karena gaul ama orang tua saya jadi sering dinasehati. Jadi kayak anak ato ponakan mereka. 🙂 Tapi, mereka juga seneng kumpul ama anak muda. Ngerti perkembangan terbaru yang terjadi. Mereka nanya2 soal internet, distro pakaian dan macam2 lah. Ya, tukar info lah. Biar gimana masa muda mereka juga beda jaman ama kita. Apa yang kita alamin sekarang, belum terjadi pada masa itu.
Dari situ gw nangkep, sepertinya jika tua itu diidentikkan dengan jumlah usia, maka tua itu menjadi suatu yang tak bisa ditolak. Ya, menjadi tua itu kewajiban loh. Dengan begitu, kita jadi menghargai masa muda. Menghargai masa muda, berarti menghargai waktu.
Sedangkan merasa muda itu sebuah hak. Sebuah pilihan yang tidak bergantung waktu dan jumlah usia. Anda boleh merasa muda ketika bertemu dengan orang yang lebih tua. Itu pasti. Tapi, jika ketemu yang lebih muda, anda memposisikan sebagai anak muda (selama ga norak) itu juga OK. Toh, para anak muda ini juga suka terkagum2 pada orang yang lebih tua dan selalu bersemangat, antusias dan lapar pengetahuan dan kebijaksanaan. Karena itu adalah attitude orang muda. Lagipula, adalah salah merasa tua kemudian merasa lemah dan tak berdaya. Juga, sepertinya tidak tepat jika merasa tua kemudian merasa mengetahui segalanya. Everything is changing and none are stay still except the changing itself.
Gw suka kagum sama ortu saya dan beberapa orang lain yang tetap bersemangat beraktivitas dan punya cita2. Seakan2 mereka akan hidup 1000 tahun lagi dan masih merasa pantas menimba ilmu dari para muda.
*Singapore Straits, 20 February 2010. Admired somebody (apparently 70 years) who sat beside me and showed enthusiasm*