Tags

, , , , , ,


Meaning: don’t determine the worth of something based on its appearance”

Badannya tidak tinggi dan ga gemuk juga. Sekitar 165 cm mungkin. Kulitnya rada gelap. Mukanya mirip Kurniawan DJ, eks striker nasional dengan potongan rambutnya pendek dan di-highlight maroon. Bajunya tanpa lengan warna hitam. Tulisannya pun gahar bukan kepalang “Iron Maiden”. Grup Metal yang lagunya aja ga pernah kudengar. Pake celana jeans belel dan sobek2 di dengkul, lutut.  Begitu menoleh ke arahku, keliatan satu anting di telinga kirinya. Langkahnya pun santai kaya “macan luwe” (harimau lapar). Sosoknya mengingatkanku pada rocker Arul Efansyah, vokalisnya Power Metal.  Ini rock era 90-an, bung. Masak gitu aja ga tau? (Eh, beda jaman ya? hehehe).

“Wah, ini rocker baru bangun tidur cari makan nih”, batinku. Sang rocker kemudian menuju bakul lontong sayur di dekatku. “Mbak, lontong sayur satu ya. Ga usa pake kerupuk”, katanya.

Gw hampir tersedak pas makan bubur. Kukira aku bakal mendengar suara bariton ala Dave Mustain. Nyatanya malah Mezzo Soprano ala Soendari Soekotjo. Hahaha….

Gw yakin banyak orang yang sering terkecoh dengan penampilan seseorang. Kadang penampilan ini juga senjata ampuh bagi seorang penipu. Berbekal penampilan, seorang (ato sekumpulan) orang bisa menggarong korbannya tanpa terasa. Sudah banyak cerita kok…

Kadang gw berpikir, apakah orang itu sengaja berpenampilan seperti itu untuk memberikan kesan tertentu pada yang melihat. Ato, emang ga sengaja. “Terserah gw dong mo kayak gimana. Terserah lu juga mo mikir gimana”. Kalo kayak gini ya susah… Elu elu, gw gw.

Persepsi kadang liar dan bebas. Persepsi negatif dicampur napsu, bisa membuat gelap mata dan bisa jadi pidana. Inget kasus Dewi Persik yang dicolek seorang laki2. Tak peduli lagi di tempat umum, lagi disuting puluhan kamera, dan dikerubung banyak orang, laki2 jail ini tergoda juga mencolek payudara sang penyanyi. Sudah jamak terdengar dan terlihat, memang Dewi Perssik sering menggunakan kemolekan tubuhnya demi popularitas. Pakaian minim dan ketat memang ‘mengundang’ birahi. Ya, ‘mengundang’ bukan ‘menimbulkan’. Akan menjadi perdebatan kusir membincangkan sapa yang salah dan yang benar jika digunakan kerangka “elu elu, gw gw”.

“Wong gw punya mata buat ngeliat elu”, kata si laki2

“Loh, kalo ga suka ya jangan liat”, kata si wanita

“Kalo gw ga liat, trus dandan buat apa?”, jawab si laki2

“Biar gw cantik dong”, timpal si wanita

“Jika lu cantik dan gw ga boleh liat, trus sapa yang mengagumimu wahai wanita”, kata si laki2 lagi

…. ah mbulet…

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut”. [HR. Abu Daud].

Dulu, gw ga paham kenapa ibu gw suka cerewet soal pakaian. Beliau bilang, “Pake pakaian yang bagusan dikit dong. Ntar dibilang mama ga bisa ngerawat anak”. Ibu gw pengen dipandang orang bisa ngerawat anak. I told you, Mom. You’ve done a great job despite of my clothes look like. And, I thank you for that.

Pelajaran pentingnya sih, perlu memperhatikan penampilan. Untuk mendapatkan kesan yang pengen kita dapatkan. Mengirimkan pesan bahwa kita adalah seseorang yang akan memberi lebih dari sekedar penampilan. Susah ditampik, bahwa first impression itu penting. Malah gw pernah baca bahwa seorang HR manager yang sedang meng-interview seseorang bisa menentukan akan menerima ato tidak dalam 15 menit saja berdasarkan first impression. Dan biasanya kesan pertama ditangkap pada cara seseorang berpakaian. Sepertinya tidak adil performa ato kepribadian seseorang dinilai dari pakaian. Tapi ya begitulah, otak manusia masih suka terbuai secara visual. Dan pepatah lama juga tidak bosan2nya diingatkan, Don’t Judge A Book by its Cover.

Buat mbak yang berpakaian rocker di Nagoya pagi ini. Thanks for the inspiration 🙂