Tags

, ,


Buku ini mirip buku cerita anak-anak pada awalnya. Menceritakan kenakalan Jem dan Scout, kakak beradik, dengan teman2nya. Digambarkan pula lingkungan tempat tinggal, tetangga2nya, dan serta strata sosial masing2 keluarga yang berpengaruh di County tersebut. Ayahnya, Atticus Finch, adalah seorang pengacara bijak. Buat kita yang tidak hidup di Amerika, ato pun mengetahui sejarah lokal Amerika, sudut pandang penceritaan anak berumur 8 tahun, ini membantu kita memahami latar belakang strata masyarakat dan permasalahan rasisme di Maycomb County, Alabama di era 30-an secara mudah. Dengan sudut pandang yang unik itu, Harper Lee sudah menunaikan tugasnya dengan baik. Sehingga pesan moral dari novel ini bisa melampaui batas negara dan waktu. Menurut gw, itu luar biasa!

Tapi akhirnya harus berakhir juga setelah Atticus memutuskan membela Tom Robinson, seorang cacat kulit hitam, yang didakwa memperkosa Mayella Ewell, anggota keluarga tua Maycomb. Tekanan-tekanan bergantian menyakiti Jem dan Scout. Hinaan Mrs. Dubose yang menyumpah ayahnya dengan “pecinta nigger” yang memaksa Jem naik pitam. Belum lagi cobaan di sekolah yang memaksa Scout memukul teman sekolahnya. Toh, anak2 itu tetap dididik untuk menghormati rekan2nya yang berbeda pandangan. Anak2 itu harus tegar dan bersikap terhormat layaknya seorang Finch. Sidang pun berjalan, tanpa ada bukti2 yang kuat dan hanya berdasar pada pemeriksaan silang para saksi. Perkataan keluarga Ewell (yang termasuk keluarga terpandang walaupun berkelakuan seperti benalu) melawan Tom yang hanya seorang kulit hitam, mantan budak. Siapakah yang diputuskan bersalah pada akhirnya?

Scout susah dibuat mengerti dengan kenyataan di hadapannya. Persoalannya harus selalu hitam dan putih. Boo Radley yang tak pernah nampak adalah penjahat yang bisa menyakiti anak2 kecil yang menganggunya. Mr. Dolphus Raymond juga jahat karena selalu terlihat mabuk, ber-istri berkulit hitam dan mempunyai anak blasteran. Prasangka yang timbul akibat ketidaktahuan. Atticus, sang ayah, mengajarkan pada anak-anaknya supaya tidak menilai seseorang dari prasangka. “Kamu akan mengerti seseorang jika kamu berada di posisinya”, adalah nasehat yang baik dan patut direnungkan. Keluguan Scout juga menyadarkan kita sebagai orang dewasa kadang2 munafik juga. Se-munafik Miss Stephanie Crawford yang membenci Hitler tapi bersikap sangat buruk pada kulit hitam yang ada di kotanya sendiri yang tidak melakukan apapun terhadapnya. “Manusia cuma ada satu jenis”, kata Scout. “Kalau hanya ada satu jenis manusia, mengapa mereka tak bisa rukun? Kalau mereka sama, mengapa merepotkan diri untuk saling membenci”, kata Jem. Prasangka kadang menutup akal sehat dan menjadikan kita rabun. Susah melihat seterang hitam dan putih. Banyak moral story yang bisa diambil. Tokoh virtual Atticus Finch juga dijadikan role model bagaimana bersikap sebagai pengacara yang baik.

Gw kebetulan baca versi terjemahannya. Dialog2nya gampang dimengerti, sangat khas anak2. Penterjemahnya cukup jago juga mentransfer nilai2 yang disampaikan. Kalimat2nya lengkap dan pilihan kata2nya tepat sasaran. Buku ini sempat menjadi hit di eranya. Termasuk salah satu dari 100 judul buku yang paling sering dibaca di Amerika Juga, menjadi salah satu buku yang masuk dalam standar kurikulum pengajaran.
Harper Lee, kuliah hukum di University of Alabama, memenangi Pulitzer Award untuk satu-satunya novel yang ditulisnya. Beliau berhasil menggambarkan rumitnya manusia di mata anak-anak. Beberapa kritikus mengatakan karya Lee dipengaruhi kenangan masa kecilnya. Lee mempunyai seorang ayah pengacara, kakak laki-laki dan teman bermain yang ber-imajinasi tinggi, plus pembantu negro. Wow…mirip banget dengan Scout. Siapakah yang dimaksud Mockingbird sendiri? Simak baik2 dialog antar tokoh2nya dari awal, ntar anda ngerti sendiri apa yang dimaksud oleh judul buku ini.

Satu2nya yang mengganggu saya cuma buku ini buku bajakan. Ketauan setelah dibuka bungkus plastiknya. Cetakannya agak pudar, kotor dan beberapa halaman yang kosong.